Minggu, 29 Mei 2011

“Model Tata Ruang Kampus Berwawasan Lingkungan dalam Aspek Ekologi Pendidikan”

Oleh: Makrus Rifai 
Biology Education 
Yogyakarta State University


Kampus merupakan tempat berlangsungnya aktivitas pendidikan yang sangat kompleks. Di dalam kampus dapat terjadi interaksi yang sangat intens baik sesama komponen kampus ataupun interaksi antara komponen kampus dengan lingkungan sekitarnya yakni biofisik dan sosial budaya. Sehingga perlu diperhatikan mengenai dinamika interaksi tata ruang kampus tersebut khususnya dari segi wawasan lingkungannya.
Tata ruang kampus umumnya dirancang berdasarkan perhitungan tata ruang bangunan fisik dan fungsi bangunan fisik tersebut. Pada saat ini, komponen lingkungan yang menjadi bagian dari pertimbangan tata ruang sangat tergantung dari eksistensi interaksi yang terjadi serta bentuk interaksinya baik secara langsung ataupun tidak langsung. Lingkungan yang dipertimbangkan dapat terbatas pada lingkungan yang sangat sempit, dalam sistem yang terbatas atau sangat luas. Pemanfaatan ruang dalam kampus atau yang disebut sebagai tata ruang kampus tidak diatur secara khusus dalam Undang – Undang, sehingga diperlukan pemikiran khusus oleh kampus masing – masing agar penataan ruang kampus sesuai dengan aspek lingkungan yang baik dan memadai.
Pada kenyataan sekarang, masih banyak ketidakjelasan mengenai siapa yang bertanggung jawab atas pengelolaan suatu wilayah pada kesatuan sistem lingkungan dengan berbagai kepentingan yang berbeda. Dengan dasar bahwa   lingkungan hidup berstatus sebagai milik umum, maka mestinya yang bertanggung jawab dalam pengelolaannya adalah masyarakat, pemerintah tingkat pusat sampai tingakat daerah. Dalam mengkaji mengenai ekologi pendidikan kita berasumsi bahwa pendidikan sebagai suatu aktivitas didukung oleh komponen – komponen pendidikan yang tidak dapat terlepas dari sistem interaksi dengan komponen lingkungannya. Tata ruang kampus yang ditinjau dari aspek Ekologi Pendidikan dengan demikian mengandung konsekuensi digunakannya pertimbangan interaksi antar komponen pendidikan dalam kampus dengan lingkungannya. Secara fisik, suatu kampus terdiri atas kompleksitas bangunan yang disusun berdasarkan atas kebutuhan untuk mendukung aktivitas kampus dan beberapa pertimbangan estetika atau keindahan.  Konsep ini lebih banyak didasarkan atas konsep tata ruang dengan pendekatan fungsional. Dengan pendekatan fungsional ini maka pengertian tata ruang dipersepsikan sebagai sesuatu yang bukan dihasilkan oleh masyarakat, bukan hasil budidaya yang dibentuk oleh latar belakang sosiokultural manusia yang berusaha menyesuaikan diri dengan ruang tempat hidupnya. Akan tetapi tata ruang lebih ditentukan oleh kekuatan yang menguasai ruang tersebut, sehingga dianggap oleh Gore, 1984, sebagai konsep tata ruang yang tidak komplit. Oleh karena itu perlu diketahui bentuk pendekatan lain yaitu tata ruang dengan pendekatan teritori, yang lebih menekankan pada pengembangan wilayah sebagai upaya untuk memobilisasi dan mengintegrasiakn manusia dan sumberdaya alam dalam satu wilayah geografis tertentu.
Unit – unit kelompok bangunan dalam tata ruang kampus secara konvensional disusun atas dasar kelompok aktivitas kampus, misalnya dalam kelompok fakultas atau unit pendukung lainnya. Penataan ruang dalam kampus cenderung berorientasi ke dalam dan kampus sebagai satu kesatuan yang dipisahkan dengan sistem lingkungannya. Orientasi tata ruang seperti ini menempatkan kampus sebagai sesuatu “enclave” dalam tata ruang sistem lingkungan, dan hal ini bertentangan dengan prinsip integritas dalam tata ruang satu wilayah. Dalam kedudukan seperti ini, aktivitas kampus sulit untuk menjadi bagian dari aktivitas lingkungan, walaupun diakui bahwa ada kecenderungan aktivitas kampus justru menentukan aktivitas lingkungannya. 
Kampus yang ditata dengan orientasi lingkungan maka menempatkan beberapa unit bangunannya untuk dapat menampung aktivitas lingkungan pada bagian pinggirannya ( marginal ). Bangunan ini misalnya yang dapat difungsikan untuk layanan umum seperti masjid, kantor pos, apotek, lapangan olah raga, bank dan lain -  lainnya.
Pada saat ini sulit untuk menempatkan kampus diluar sistem lingkungan sosial budaya masyarakat. Demikian suatu kampus baru dibangun, maka segera akan terjadi perubahan tata guna lahan untuk dijadikan lahan pemukiman atau usaha lainnya, baik oleh warga kampus maupun masyarakat luar. Dengan demikian, terlihat secara alami bahwa kampus memang harus berada dalam sistem lingkungan sosial dan budaya masyarakat. Oleh karena orientasi kampus yang terlampau internal tidak akan menempatkan kampus dalam sistem yang serasi dengan lingkungannya. Apabila tidak diatur dengan baik justru kampus akan dianggap sebagai bagian yang asing dengan segala konsekuensinya. Aktivitas kampus yang sulit terpadu dengan kebutuhan masyarakat, seperti aktivitas akademik yang tidak ada kaitannya dengan aktivitas masyarakat, dapat ditata pada bagian tengah kampus.
Selain hal – hal yang dikemukakan di atas, kampus yang penuh dengan aktivitas sebagaimana aktivitas lainnya selalu terlibat dalam mekanisme pertukaran materi dan energi dengan sistem lingkungannya. Hal ini memerlukan mekanisme pengaturan atau pengendalian yang serasi agar tidak terjadi tekanan satu sistem terhadap sistem lainnya. Materi dan energi yang keluar masuk perlu mendapat perhatian dalam tata ruang kampus. Dalam hal inilah maka prinsi – prinsip ekologi dapat diterapkan dalam penataan ruang kampus ini. Tidak semua materi dan energi yang masuk dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh aktivitas kampus sebagian lain akan menjadi entropi yang tidak diperlukan. Entropi ini yang dikeluarkan oleh kampus sebagai limbah kampus. Dalam hukum lingkungan yang dikenakan pada sistem produksi, limbah harus diolah sedemikian rupa sebelum dikeluarkan agar dapat diterima oleh sistem lingkungannya baik lingkungan biofisisk maupun lingkungan sosial budaya. Hal ini patut dikenakan juga pada aktivitas kampus walaupun saat ini belum menjadi perhatian serius.
Hujan dan tenaga sinar matahari adalah contoh materi dan energi yang masuk ke dalam kampus. Tidak banyak kampus yang memanfaatkan materi dan energi ini secara tepat. Air hujan akan keluar dari kampus sebagai air limpasan yang dapat menimbulkan masalah tersendiri bagi sistem lingkungan di bagian hilir dan sebalikya kampus juga dapat menerima limpasan air hujan dari bagian hulunya. Sistem pemanfaatan air hujan perlu menjadi perhatian dalam tata ruang kampus. Demikian juga tenaga sinar matahari yang sangat potensial untuk wilayahtropis seperti di negara kita. Transformasi secara biologis dan teknis perlu menjadi perhatian agar tidak terjadi pemborosan energi.  Dengan demikian, orientasi tata ruang kampus yang perlu menjadi perhatian kita adalah tata ruang yang sepenuhnya menyadari bahwa kampus bukan suatu sistem yang terpisah dengan sistem lingkungannya.
Istilah ekologi pada perkembangan keilmuannya, tidak hanya digunakan sebagai bagian dari konsep ekologi melainkan juga dalam pengertian – pengertian lain yang menyangkut lingkungan keilmuan yang lebih luas yang menyangkut berbagai variabel – variabelnya.  Dalam ekologi pendidikan, kampus dengan segala aktivitas di dalamnya adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem lingkungannya. Dengan demikian maka komponen – komponen kampus akan mengalami hubungan interaktif dengan komponen – komponen lingkungannya. Adanya suatu hubungan antara subsistem lingkungan denga subsistem pendidikan yang dapat dihitung dan digunakan sebagai gambaran tentang dukungan terhadap pendidikan. Dalam hal ini sebagai rintisan untuk mencoba eksistensi pendidikan dalam sistemnya secara terpadu, dimana pendidikan tidak hanya diletakkan sebagai suatu bagian yang terpisah dalam suatu kampus, namun dianggap sebagai suatu subsistem yang justru ada dalam sistem yang lebih besar yaitu sistem masyarakat dengan segala aktivitas dan fungsinya. Pendidikan tidak dilihat sebagai aktivitas pada suatu wilayah tertentu.
Dapat disimpulkan bahwa odel tata ruang kampus yang didasarkan atas orientasi Ekologi Pendidikan memerlukan studi yang lebih mendalam tentang komponen – komponen kampus dan komponen lingkungannya. Model tata ruang kampus sebagai yang telah ada dapat diperbaiki dengan menempatkan kampus sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari lingkungannya. Model tata ruang kampus dapat digunakan sebagai ukuran untuk melihat tanggung jawab da peran kampus dalam sistem lingkungannya.


Daftar Pustaka

Hadikoemoro, Soekisno, dkk. 1975. Ekologi Pendidikan. Laporan Penelitian, Direktorat Pendidikan Tinggi Swasta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Jakarta.
Haeruman, Herman. 1983. Model Skematis Pengaturan Lingkungan Hidup. Paper dalam Kursus Dasar – Dasar Analisis Dampak Lingkungan: Universitas Indonesia, Jakarta.



Senin, 16 Mei 2011

BAGAIMANA MENUMBUHKAN SIKAP BELAJAR YANG BAIK


Oleh : Makrus Rifai
Biology Education, Yogyakarta State University

Kita sering mendengar kasus dimana seorang pelajar mengeluh tentang kesulitannya pada masalah belajar yang baik. Keluhan ini biasanya timbul menjelang ulangan umum dan ujian. Keluhan tersebut terdengar ditelinga kita, misalnya “ belajar sudah toh, tapi tidak bisa juga?”. Dipicu pertanyaan tersebut membuat pelajar menjadi pesimis untuk belajar, akibatnya mengambil jalan lain yaitu menyontek misalnya dengan mengambil sehelai kertas, kemudian mengguntingnya menjadi kecil – kecil untuk dijadikan media mencontek. Mencontek ini menjadi sasaran pertama agar hasil ulangan umum dan ujian mendapat nilai bagus.
Sehubungan dengan masalah di atas, saya sebagai seorang pelajar sekaligus calon guru perlu mengetahui kemudian menjelaskan bahwa untuk belajar yang baik seorang siswa harus mengetahui dan memahami mengenai tujuan belajar, minat terhadap pelajaran, percaya pada kemampuan diri sendiri dan keuletan.
Pelajar yang menekuni pendidikan di sekolah maupun luar sekolah dicetak menjadi masyarakat intelektual yang memiliki ilmu pengetahuan dan kecakapan hidup untuk menjawab setiap masalah dan tantangan dalam berbagai aspek kehidupan ( ekonomi, sosial budaya, politik, teknologi dan pendidikan itu sendiri)  dalam masyarakat yang dinamis. Menurut Sugihartono (2007) belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Maka pendidikan yang harus diberikan kepada pelajar selain mencakup bekal ilmu pengetahuan juga pendidikan yang mengandung nilai – nilai budi pekerti luhur yang akan merubah sikap dan perilaku seseorang ke arah yang lebih baik. Melalui pendidikan suatu bangsa dapat menguasai teknologi, menumbuhkan perekonomian serta mengintegrasikan berbagai aspek kehidupan. Untuk mencapai semua ini, mulailah kita membiasakan cara belajar yang baik.
“Mengetahui tujuan belajar”
Belajar bukan saja dilakukan saat menjelang ulangan umum atau ujian. Tetapi belajar harus dijalankan setiap hari karena tujuan belajar bukan hanya semata – mata mencari nilai yang bagus atau mendapatkan pujian belaka. Tujuan belajar adalah untuk memperoleh pengetahuan dan mengaplikasikannya  dalam kehidupan sehari – hari dalam membentuk sikap dan tingkah laku dengan iringan mental yang kuat. Seorang pelajar harus menanamkan sikap sadar pentingnya belajar.
“Minat terhadap pelajaran”
Sebelum belajar, seorang siswa hendaknya terlebih dahulu berminat pada pelajaran yang diikutinya. Bila pelajar tidak menaruh minat tentunya akan timbul kesulitan dalam belajar. Karena adanya minat dan ketertarikan terhadap suatu pelajaran akan mempermudah proses pemahaman kita dalam mengikuti setiap mata pelajaran yang diberikan guru. Bila sudah mempunyai suatu pemikiran tentang minat terhadap pelajaran, akan timbul suatu kegembiraan dan kepuasan dalam usaha proses belajar. Sebaliknya, bila seorang pelajar tidak minat terhadap pelajaran yang diikutinya maka akan sulit dalam proses belajar.
Pada umumnya, kesulitan belajar dengan baik disebabkan karena  tidak adanya minat terhadap mata pelajaran. Penyebabnya bermacam - macam diantaranya ada yang benci kepada guru yang mengajarnya, shingga tidak minat pada pelajaran yang diajarkannya. Mulai sekarang, sebagai pelajar yang baik hendaknya memiliki minat pada seluruh mata pelajaran yang diikuti.
“Harus percaya diri”
Krisis mental yang dialami banyak pelajar adalah kurang atau bahkan tidak adanya rasa percaya pada kemampuan diri sendiri. Hal ini akan memicu rasa pesimis dari usaha yang dilakukannya. Seharusnya seorang pelajar berani menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan dalam belajar, karena akan mendorong kita untuk belajar dengan serius dan sungguh - sungguh. Sebenarnya bila kita sudah siap belajar dan mempunyai rasa percaya pada kemampuan diri sendiri, maka tidaklah sulit mengerjakan soal dan semakin optimis dalam memperoleh hasilnya, tentunya akan terhindar dari fenomena menyontek.
“Harus ulet”
Belajar tanpa didasari keuletan tidak akan mendapatkan keberhasilan maksimal. Sebab keuletan akan menunjang suatu keberhasilan terhadap target yang akan kita capai. Keuletan dalam belajar sangatlah penting dmiliki seorang pelajar. Ketika menghadapi ulangan atau ujian maka denyut jantung lebih cepat dan suasana lebih tegang dari biasanya hal ini karena kurangnya persiapan dan keseriusan belajar. Dengan sikap ulet maka pelajar selalu siap menghadapi ulangan atau ujian dan tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal yang disodorkan.

Jumat, 22 April 2011

"Usaha Inovatif Pengolahan Daun Binahong (Anredera cordifolia) Menjadi Anredera Dry Jell yang Kaya Khasiat"


Oleh: Tim PKM Pendidikan Biologi Sub 2009, Universitas Negeri Yogyakarta    ( Rifkie Aziz Agustian, Makrus Rifai, Winarsih, Nur Wulan Sari).                

Indonesia merupakan salah satu wilayah dengan keanekaragaman atau diversitas paling tinggi di dunia. Berbagai macam flora maupaun fauna dapat ditemukan disini. Banyak sekali jenis tumbuhan yang terdapat pada wilayah ini termasuk jenis tumbuhan obat. Banyak jenis tumbuhan obat telah diketahui dan dikenal oleh  bangsa indonesia sejak jaman nenek moyang hingga jaman sekarang. Umumnya pengetahuan tentang obat-obatan tersebut diwariskan secara turun-temurun. Namun dari berbagai jenis tumbuhan, terdapat berbagai jenis tumbuhan berkhasiat sebagai obat tetapi belum dikenal kegunaannya. diantara berbagai jenis tumbuhan obat tersebut ada yang kurang dikenal  karena habitatnya atau jumlahnya yang sedikit di Indonesia atau tumbuhan tersebut termasuk jenis tumbuhan  pendatang  atau bukan asli Indonesia sehingga tumbuhan tersebut belum banyak orang yang mengenanya.
Binahong (Anredera cordifolia) adalah salah satu tumbuhan merambat yang termasuk salah satu jenis tumbuhan berkhasiat obat. Tumbuhan Binahong memiliki karakteristik menjalar, berumur panjang (perenial), bisa mencapai panjang ± 5 m, berbatang lunak, silindris, saling membelit, berwarna merah, bagian dalam solid, permukaan  halus, kadang membentuk semacam umbi yang melekat di ketiak daun dengan bentuk tidak beraturan dan bertekstur kasar.
Binahong berdaun tunggal, bertangkai sangat pendek (subsessile), tersusun berseling, berwarna hijau, bentuk jantung (cordata), panjang 5 – 10 cm, lebar 3 – 7 cm, helaian daun tipis lemas, ujung runcing, pangkal berlekuk (emerginatus), tepi rata, permukaan licin, dan  bisa dimakan.
Bentuk bunga: majemuk berbentuk tandan, bertangkai panjang, muncul di ketiak daun, mahkota berwarna krem keputih-putihan berjumlah lima helai tidak berlekatan,  panjang  helai mahkota 0,5 – 1 cm, dan berbau harum. Akar berbentuk rimpang, berdaging lunak.
Tumbuhan ini dapat tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi.  Perkembangbiakkannya secara generatif dengan biji dan secara vegetatif  melalui akar rimpangnya.
Binahong sejak jaman dahulu dikenal memiliki khasiat penyembuhan yang luar biasa dan  telah ribuan tahun dikonsumsi oleh bangsa Tiongkok, Korea, Taiwan dll. Namun sayangnya tanaman ini masih asing untuk daerah Indonesia. Tanaman ini berkhasiat obat  pada seluruh bagian tubuhnya. Penggunaan binahong tersebut dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Binahong dapat langsung dikonsumsi pada bagian daunnya atau diolah terlebih dahulu menurut kebutuhan pada bagian lain.
   Berdasarkan beberapa hasil penelitian, dalam daun  binahong terdapat aktivitas antioksidan, asam askorbat, total fenol yang cukup tinggi,  asam oleanolik dan protein tinggi  yang mampu  menstimulasi produksi nitrit oksida yang diberi nama ancordin.
   Dengan adanya kandungan zat-zat di atas, daun Binahong memiliki banyak khasiat, diantaranya yaitu luka bakar, jerawat, nafsu makan kurang, melancarkan haid, menjaga stamina tubuh, muntah darah, kencing manis, sesak nafas, patah tulang, gatal-gatal, gejala liver, dll.
   Meskipun daun Binahong memiliki banyak kandungan yang berkhasiat obat, namun  pemanfaatannya belum dilakukan dengan maksimal. Pemanfaatan yang belum maksimal tersebut selain karena jenis tersebut kurang dikenal  tentu saja karena rasa binahong kurang enak untuk dikonsumsi secara langsung.
Berdasarkan  hal tersebut,  maka kami memutuskan untuk mengolah Binahong, khususnya daunnya menjadi suatu produk makanan berupa Anredera Dry Jell. Dengan pengolahan daun binahong  menjadi Anredera Dry Jell ini, diharapkan daun Binahong menjadi  lebih diminati karena rasanya lebih enak dan memenuhi kebutuhan  serat  karena  telah dicampur dengan  agar-agar untuk membuatnya. Maka, dengan  mengonsumsinya selain kita memperoleh khasiat dari daun Binahong, kebutuhan serat dalam kita juga akan terpenuhi.
   Produk Anredera Dry Jell ini dibuat dari daun binahong yang diblender, kemudian diperas  untuk diambil airnya. Kemudian air tersebut dicampur dengan bubuk agar-agar dan gula secukupnya. Lalu dinginkan agar-agar dan dikeringkan dengan penjemuran atau pengovenan dengan suhu di bawah 70oC.
Pembuatan  produk Anredera Dry Jell ini menggunakan proses pengeringan agar  produk ini menjadi lebih tahan  lama sehingga jangka waktu pemanfaatannya dapat dilakukan lebih lama. Dengan terlaksananya program ini diharapkan dapat meningkatkan daya guna dan  jual daun Binahong  yang lebih tinggi dan manfaatnya dapat dirasakan oleh banyak orang.